
"Karena setiap pertanyaan kecil adalah pintu menuju dunia besar di kepala mereka"
“Ayah, kenapa langit warnanya biru?”
“Bunda, kok kucing bisa tidur terus ya?”
“Kenapa sih kita harus mandi setiap hari?”
Jika kamu adalah orang tua dari anak usia 2–7 tahun, kamu pasti sering dibuat terdiam, tertawa, atau bahkan bingung saat menghadapi deretan pertanyaan polos nan kritis dari si kecil. Tapi, tahukah kamu bahwa momen-momen itu sangat penting untuk tumbuh kembang mereka?
Pertanyaan yang tampak "remeh" justru menjadi bukti bahwa anak:
- Sedang berpikir.
- Sedang memproses dunia di sekitarnya.
- Sedang mengembangkan logika, bahasa, dan rasa percaya dirinya.
Dan siapa yang paling berperan dalam membentuk rasa ingin tahu itu? Ya, kita — orang tua, pengasuh, atau guru pertamanya di rumah. Lalu bagaimana cara terbaik merespons semua pertanyaan anak? Yuk, kita bahas satu per satu dengan bijak dan menyenangkan!
🧡 Dengarkan Dulu, Jangan Langsung Menilai
Ketika anak bertanya, jangan buru-buru tertawa, menyela, atau memberi label seperti “Aduh, itu pertanyaan aneh!” atau “Ah kamu ada-ada aja!”
Kenapa? Kalau kita menunjukkan bahwa pertanyaannya tidak penting, anak bisa merasa tidak dihargai dan enggan bertanya lagi di kemudian hari.
👉
Sebaliknya, berikan perhatian penuh, tatap matanya, dan katakan:
“Wah, pertanyaan kamu menarik banget!”
“Hebat loh kamu bisa kepikiran itu!”
🌟
Anak yang merasa didengarkan, akan tumbuh jadi anak yang percaya diri dalam berpikir dan bertanya.
💬
Sesuaikan Jawaban dengan Umur dan Cara Pikir Anak
Satu pertanyaan bisa dijawab dengan berbagai versi tergantung usia dan kemampuan berpikir anak.
Contoh:
Anak bertanya: “Kenapa matahari panas?”
- Untuk usia 3–4 tahun: “Karena matahari itu seperti bola api yang besar banget di langit.”
- Untuk usia 6–7 tahun: “Karena matahari punya energi yang besar, dia bantu bumi tetap hangat dan terang.”
Gunakan perumpamaan, dongeng pendek, atau benda di sekitar untuk menjelaskan konsep yang abstrak.
✨
Ingat: Anak tidak perlu jawaban ilmiah — mereka butuh jawaban yang bisa mereka pahami dan bayangkan.
❓
Ajukan Pertanyaan Balik untuk Mengasah Logika
Kadang, kamu tidak harus langsung menjawab. Coba lempar balik pertanyaan ke anak untuk mendorong mereka berpikir sendiri.
Misalnya:
Anak: “Kenapa ikan hidup di air, bukan di darat?”
Orang tua: “Kalau menurut kamu kenapa, ya?”
Anak: “Karena ikan punya sirip, bukan kaki!”
Orang tua: “Wah, iya ya! Hebat kamu bisa tahu itu!”
Dengan cara ini, anak belajar menyusun logika dan menghubungkan informasi yang mereka tahu. Dan yang penting, mereka merasa dipercaya untuk berpikir!
✋
Jangan Takut Bilang “Ibu Belum Tahu”
Tidak semua pertanyaan bisa langsung kita jawab dan itu tidak apa-apa!
Menjadi orang tua bukan berarti harus jadi kamus berjalan. Saat kamu tidak tahu jawabannya, justru itu bisa jadi peluang belajar bersama.
Katakan:
“Wah, mama belum tahu juga, nih. Gimana kalau kita cari tahu bareng? Bisa lewat buku, atau nonton video bareng!”
📚
Dengan begitu, anak belajar bahwa tidak tahu itu wajar, asal kita mau mencari tahu.
🎲
Jawab Lewat Aktivitas dan Bermain
Beberapa konsep lebih mudah dipahami anak bukan lewat kata-kata, tapi lewat pengalaman langsung dan aktivitas bermain.
Contoh:
- Anak tanya kenapa pelangi punya banyak warna? → Ajak eksperimen membiaskan cahaya dengan CD atau air.
- Anak penasaran kenapa makanan berubah warna saat dimasak? → Ajak mereka masak telur bersama.
- Anak bingung tentang profesi? → Bermain role play jadi dokter, pilot, atau tukang bangunan!
Di mana bisa semua itu dilakukan?
💡
Di playground edukatif seperti WuffySpace, anak bisa bertanya dan langsung mengeksplor jawabannya lewat berbagai aktivitas:
🎨
Art & Craft Class — Mengenal bentuk, warna, tekstur.
🧪 STEM Mini Class — Eksperimen sains sederhana yang menjawab rasa ingin tahu anak.
👨
🍳
Mini Cooking Class — Belajar proses dari bahan mentah jadi makanan lezat.
📚
Storytelling & Culture Time — Menjawab pertanyaan lewat cerita, dongeng, dan permainan budaya.
🌈
Di WuffySpace, setiap pertanyaan anak direspons bukan cuma dengan kata, tapi juga dengan pengalaman belajar langsung yang menyenangkan!
🔁
Jawaban Boleh Diulang — Berkali-kali
Anak kecil sering bertanya hal yang sama berulang kali. Bukan karena mereka lupa, tapi karena mereka sedang mencoba memahami konsep itu lebih dalam.
Jangan bosan, ya. Karena setiap pengulangan memperkuat pemahaman mereka dan menunjukkan bahwa kita sabar dan siap menemani proses tumbuh kembang mereka
Jawaban Kita, Bekal untuk Hidup Mereka
Pertanyaan anak bukanlah gangguan, melainkan jendela ke dalam pikiran mereka yang sedang berkembang pesat.
Menjawab pertanyaan dengan hangat, sabar, dan bijak adalah bentuk cinta yang tak terlihat — tapi akan terasa seumur hidup mereka.
Jadi, lain kali si kecil bertanya hal random seperti “Kenapa gigi bisa copot?”, kamu tahu jawabannya bukan cuma soal biologi, tapi juga tentang memberi ruang tumbuh pada rasa ingin tahu.