18 Agustus 2025 8:26 pm

Dari Tangis ke Tenang: Tahapan Emosi Anak dan Cara Mendampingi

Dari Tangis ke Tenang: Tahapan Emosi Anak dan Cara Mendampingi
"Anak tidak perlu disuruh cepat tenang, mereka butuh didengarkan sampai merasa tenang."
Dalam dunia anak-anak, emosi adalah hal yang sangat nyata, besar, dan mendalam meski kadang terlihat “remeh” bagi orang dewasa. Saat balita menangis karena kancing bajunya copot, atau marah karena sendoknya jatuh, kita sering menganggapnya berlebihan. Padahal, bagi mereka, semua itu adalah pengalaman emosional yang sangat nyata. Anak bukan dewasa mini. Mereka belum sepenuhnya mampu mengatur perasaan seperti kita. Maka, tugas kitalah sebagai orang dewasa orang tua, guru, atau pengasuh untuk memahami tahapan perkembangan emosinya dan merespons dengan kesabaran dan empati.


🧠 Tahapan Perkembangan Emosi Anak

👶- Usia 0–2 Tahun: Ekspresi Emosi Dasar

  • Emosi: senang, takut, marah, sedih, kaget.
  • Anak belum memahami emosi, hanya mengekspresikan kebutuhan melalui tangisan atau suara.
  • Respons orang dewasa: Peluk, tenangkan, beri rasa aman.

👧- Usia 2–4 Tahun: Ledakan Emosi (Emotional Outburst)

  • Anak mulai merasakan emosi kompleks tapi belum bisa menyalurkannya secara verbal.
  • Muncul tantrum, menjerit, atau mengamuk.
  • Respons orang dewasa: Validasi emosi ("Kamu marah ya karena..."), beri ruang, ajari menamai perasaan.


👦- Usia 5–7 Tahun: Memahami dan Mengelola Emosi
  • Anak mulai mampu mengidentifikasi emosi dan belajar mengendalikannya.
  • Bisa diajak diskusi soal perasaan dan mulai mengenal empati.
  • Respons orang dewasa: Berikan contoh, bantu anak menyelesaikan konflik, beri pujian saat berhasil mengelola emosi.

❤️- Cara Menyikapi Emosi Anak dengan Empati


- Dengarkan, Jangan Langsung Menilai
Anak butuh divalidasi, bukan disalahkan. Saat mereka menangis atau marah, hindari berkata “ah, itu mah hal kecil!” atau “jangan cengeng!” Sebaliknya, ucapkan: “Aku lihat kamu kecewa banget, ayo cerita ke Mama.”

- Ajari Anak Menamai Emosi
Gunakan media visual seperti kartu ekspresi wajah, boneka emosi, atau cermin untuk membantu anak mengenali perasaan. Latih anak berkata: “Saya sedih”, “Saya kesal”, “Saya takut”.

- Tenangkan Dahulu, Bimbing Kemudian
Saat emosi memuncak, logika anak belum bisa diajak bekerja. Tugas utama kita adalah menjadi jangkar emosi, bukan guru saat itu. Setelah anak tenang, barulah ajak diskusi tentang perilaku atau solusi.

- Bangun Rutinitas dan Aturan Konsisten
Anak merasa aman dengan batas dan rutinitas yang jelas. Emosi mereka akan lebih stabil jika tahu apa yang diharapkan.

- Jadilah Contoh Pengatur Emosi
Anak belajar bukan dari nasihat, tapi dari melihat. Jika orang tua marah dengan teriakan, anak akan meniru. Tapi jika orang tua berkata, “Mama butuh duduk sebentar agar tenang,” anak pun belajar strategi yang sehat.


Emosi anak adalah sinyal, bukan masalah. Saat kita mulai menyikapi emosi mereka dengan empati dan pemahaman, hubungan kita dengan anak akan semakin kuat dan hangat. Bukan hanya membantu mereka tumbuh jadi pribadi yang sehat, tapi juga membangun jembatan hati antara kita dan mereka.
“Bersabarlah dengan perasaan kecil mereka, karena itu sedang membangun masa depan yang kuat.”
Pernahkah kamu menghadapi tantrum atau ledakan emosi dari anak? Bagaimana kamu meresponsnya? Yuk, ceritakan pengalamanmu di kolom komentar! 💛-









Blog Post Lainnya
-

Adopsi Produk Wuffyland

Alamat
0815-1506-4546
wuffyland@gmail.com
Jl. Kalimosodo XII No. 2, Polehan, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia
Media Sosial
Newsletter
`Subscribe
@2025 wuffyland Inc.