TemanWuffy pernah mengalami situasi seperti berikut? Masih beberapa menit Bunda dan Si Kecili menikmati makan malam dengan tenang dan aman disebuah tempat makan, disaat itu semuanya seterasa masih berjalan baik-baik saja. Lalu di menit selanjutnya Si Kecil mulai merengek, menjerit, dan memberontak dengan sekuat-kuatnya. Pasti TemanWuffy akan kebingungan dan mencari alasan kenapa hal itu terjadi kepada Si Kecil?
Apa itu Temper Tantrum?
Tahukan TemanWuffy, bahwa sikap tersebut disebut dengan temper tantrum. Tantrum menjadi masalah yang paling sering ditemui pada anak balita. Tidak jarang orangtua merasa kesulitan dalam mengatasi dan menghadapi anak yang tantrum, apalagi di depan umum seperti kasus tadi. Menurut Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog., temper tantrum adalah luapan atau ledakan emosi anak yang sulit dikendalikan, biasanya berkaitan dengan keinginan yang tidak terpenuhi dan terjadi dalam situasi atau kondisi tertentu yang membuat anak tidak nyaman misalnya sedang mengantuk, lelah atau frustrasi. Meski tampak mengkhawatirkan, temper tantrum sesungguhnya masih tergolong normal karena merupakan bagian dari proses perkembangan.
Terdapat Tantrum Manipulatif dan Tantrum Frustasi
Terdapat dua jenis tantrum, yaitu tantrum manipulatif dan tantrum frustasi. Tantrum manipulatif muncul ketika si kecil menerima penolakan atau ketika keinginannya tidak dapat dipenuhi. Biasanya, anak akan melakukan tantrum manipulatif untuk membuat orang lain memenuhi keinginannya.Tantrum frustasi disebabkan karena anak belum bisa mengekspresikan keinginan serta perasaannya dengan baik. Kondisi ini rentan dialami oleh anak usia 18 bulan. Sebab, ia belum sepenuhnya dapat bertutur kata dengan baik. Selain kesulitan dalam mengutarakan perasaan, anak juga bisa mengalami tantrum frustasi ketika ia merasa kelelahan, kelaparan, atau merasa gagal dalam melakukan sesuatu.
Penyebab Tantrum
Pada dasarnya penyebab anak mengalami tantrum juga disebabkan oleh beberapa hal contohnya:
- Jenuh atau bosan.
- Mengalami sakit.
- Lapar.
- Overstimulation.
- Gerah atau panas.
- Merasa tidak didengar.
- Tidak nyaman di ruangan tersebut, dll.
Namun apa pun penyebabnya, temper tantrum sejatinya harus selesai sebelum anak memasuki usia sekolah dasar, karena jika tidak, sifat ini bisa terbawa hingga anak dewasa.
Cara Mengatasi Tantrum
1. Biarkan Anak Marah
Anak yang tantrum hanya perlu melampiaskan amarahnya. Maka dari itu, biarkan anak untuk marah ketika dirinya tantrum, selama tidak melakukan hal berbahaya bagi dirinya. Cara ini diyakini dapat membantu anak-anak untuk belajar melampiaskan amarah dengan cara yang tidak merusak. Alhasil, ketika dirinya sudah beranjak besar, anak diharapkan mampu mengendalikan dirinya dengan baik tanpa harus adu mulut dengan orangtuanya. Berikan anak ruang untuk meluapkan semua emosinya. Usahakan tetap dampingi anak dari jarak dekat agar TemanWuffy bisa memantau perilaku Si Kecil.
2. Tetaplah Berkepala Dingin
Ketika Si Kecil mengalami tantrum, dia tidak akan bisa mendengarkan alasan. Ia akan memberikan respons, secara negatif, terhadap teriakan ataupun ancaman TemanWuffy.. Semakin TemanWuffy berteriak untuk memintanya berhenti, ia akan semakin berperilaku “liar”. Karenanya, berhentilah berteriak dan cobalah untuk hanya duduk dan tetap berada di sampingnya sembari menunggu Si Kecil selesai menumpahkan kemurkaannya. Peluk anak jika dia mulai menyakiti dirinya atau orang lain misalnya memukul atau membenturkan kepala.
Jangan berpikir untuk meninggalkannya karena malah akan membuat Si Kecil tambah frustasi karena merasa ketakutan. Jika temanWuffy mulai terpancing emosi, tinggalkan ruangan selama beberapa menit. Namun, Si Kecil masih dapat melihat TemanWuffy atau ada orang lain (ayah atau pengasuh) yang menjaganya dan kembali setelah anak berhenti menangis. Dengan tetap tenang, TemanWuffy juga sebenarnya tengah membantunya untuk tenang kembali.
3. Bicarakan Kemarahan Anak
Setelah “gemuruh” itu mulai menghilang, duduklah di samping Si Kecil dan cobalah mengajaknya bicara soal apa yang tadi terjadi. Diskusikan tantrum dalam istilah yang sangat sederhana dan cobalah untuk memahami rasa frustrasi Si Kecil.. Bantu ia mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata, seperti, “Kamu sangat marah karena Bunda tadi tidak membelikan mainan yang Adek minta”. Biarkan ia melihat bahwa setelah mengekspresikan dirinya lewat kata-kata, dia akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Setelah itu, TemanWuffy katakan sambil tersenyum, “Bunda minta maaf karena tadi Bunda tidak mengerti apa yang kamu rasakan. Nah sekarang setelah kamu tidak menjerit lagi, Bunda bisa mengerti dengan baik apa yang kamu inginkan.” Jelaskan juga mengapa dia tidak bisa dapatkan apa yang ia mau dan kapan dia bisa mendapatkannya.
4. Cobalah Prediksi Pemicu Tantrum Si Buah Hati
TemanWuffy perlu untuk mengingat-ingat situasi mana yang membuat anak kerap tantrum dan buatlah rencana untuk menghindarinya. Jika ia merasa marah saat lapar, bawalah camilan untuknya. Bila dia jadi jengkel di petang hari, selesaikan pekerjaan TemanWuffy pada pagi hari. Semakin hari, anak akan semakin mandiri, jadi tawarkan ia pilihan kapan pun hal tersebut memungkinkan.
Monitor seberapa sering orang tua mengatakan “tidak”. Jika orang tua melakukan hal itu secara rutin, orang tua mungkin sudah menanamkan sumber stres yang tidak perlu untuk orang tua dan anak. Cobalah untuk lebih santai dan belajar bernegosiasi dengan anak untuk hal-hal yang memang boleh dan pantas dilakukan.
5. Buatlah Kesepakatan Dengan Si Kecil
Maksud dari membuat kesepakatan dengan anak adalah membuat perjanjian padanya terkait apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Sehingga saat anak mengetahui batasan apa yang boleh dan tidak boleh baginya.
Misalnya saat TemanWuffy mengikutsertakan anak ke supermarket, perlu untuk menjelaskan padanya bahwa tujuan mereka ke supermarket adalah untuk membeli kebutuhan keluarga seperti sayur, buah, susu, dan lain sebagainya.Jadi, TemanWuffy bisa mengingatkan padanya bahwa tujuan mereka ke supermarket bukan untuk membeli mainan atau mengacau. Melainkan membeli kebutuhan di rumah. Sehingga jika dilakukan secara konsisten, anak pun anak cerdas secara emosional, lho TemanWuffy!
6. Konsisten
Saat TemanWuffy membuat sebuah kesepakatan peraturan dengan anak tantrum, cobalah bersikap konsisten dengan apa yang telah disepakati. Seringkali TemanWuffy tidak tega ketika melihat anaknya yang mulai menangis dan minta perhatian. Sekali terapkan peraturan tertentu pada anak tantrum, maka aturan tersebut akan berlaku sama setiap saat, dimanapun atau kapanpun.Bersikaplah konsisten dan tenang, jika TeemanWuffy kadang memberikan apa yang diinginkan anak saat tantrum dan kadang tidak, kebiasaan ini justru akan menjadi masalah yang mungkin menjadi lebih buruk.
Masa Tantrum Sampai Umur Berapa?
TemanWuffy tentu merasa bingung dan stres saat menghadapinya, ya. Namun, jangan khawatir, karena ada berbagai cara mudah untuk menghadapi Si Kecil yang tantrum. Tantrum biasanya dialami oleh anak usia 1–4 tahun. Tantrum pada anak umumnya disebabkan oleh terbatasnya kemampuan bahasa anak dalam mengekspresikan perasaannya.
Apa Tantrum Bisa Hilang Dengan Sendirinya?
Nah TemanWuffy, tantrum sendiri bukan sesuatu yang permanen.. Memasuki usia 4 tahun atau ketika anak mulai sekolah, secara bertahap tantrum akan hilang. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan bahasa dan keterampilan emosional anak yang semakin baik.
Jadi, TemanWuffy harus sabar dan tenang disaat menghadapi anak yang sedang mengalami tantrum. Seperti cara-cara yang sudah WuffyTeam rangkum diatas. Sehingga perasaan anak dapat kita mengerti dengan baik dan ia pun dapat memahami perkataan kita